Tangis Gianluigi Buffon, Sinyal Kuat Bagi Gli Azzurri Untuk ‘Berevolusi’

Tangis Gianluigi Buffon, Sinyal Kuat Bagi Gli Azzurri Untuk ‘Berevolusi’

Italia gagal lolos piala dunia 2018


Pada 3 Juli 2016 Gianluigi Buffon menundukkan kepala di Stade de Bordeaux. Ia menangis. Kiper Juventus itu menangis bukan kerena kehidupan pribadinya yang terus disorot media masa. Tapi karena Gli Azzurri kalah dari Jerman di babak perempatfinal Piala Eropa 2016. Hasrat untuk merebut gelar juara telah sirna.

“Ada alasan yang bikin kami menangis. Kami sudah berjuang maksimal dan hampir lolos. Kekalahan ini membuat kami terkejut,” kata Buffon saat diwawancara Rai Sport, kala itu.

Usai kegagalan itu Buffon tak putus asa. Apalagi trauma. Kiper berumur 39 tahun itu tetap mau memperkuat timnas Italia. Buktinya, sepanjang Italia berlaga di babak kualifikasi Piala Dunia 2018, Buffon sering turun sebagai starter.

Enam bulan belas bulan kemudian, tepatnya pada 13 November 2017, Buffon harus menangis lagi. Kali ini bahkan lebih tragis. Ia menangis karena Italia tersingkir di babak play-off Piala Dunia 2018. Melawan Swedia, Italia hanya bisa bermain imbang 0-0 (13/11/2017) di Giuseppe Meazza, Milan. Sebelumnya, Italia keok 0-1 (10/11/2017) di kandang Swedia.


Kekalahan itu menjadi ironi sejarah panjang Italia di keikusertannya pada ajang Piala Dunia. Untuk pertama kalinya sejak 1958, Gli Azzurri tak bisa berlaga di turnamen empat tahunan tersebut. Tragis, mengecewakan dan tentu saja menyesakkan!

Bagi Buffon, kegagalan Italia itu pun menguburkan ambisinya untuk menjadi pemain pertama yang bisa tampil di enam putaran final Piala Dunia sekaligus. Ia pun memastikan pensiun dari timnas. “Ini mengecewakan. Laga terakhir saya bertepatan dengan kegagalan timnas lolos ke Piala Dunia,” kata Buffon.

Bukan hanya Buffon yang meratapi kegagalan Gli Azzurri, sebagian besar publik Italia juga mengalami perasaan yang sama. Bagaimana mungkin, tim sebesar Italia yang saat ini menduduki peringkat 8 di ranking FIFA itu, tak bisa hadir di ajang akbar Piala Dunia.


Ah, sudahlah. Nasi sudah menjadi bubur. Apa pun alasannya, sudah tak mungkin bagi Italia untuk hadir di Rusia. Kini, ada hal kongret yang mutlak dilakukan Italia.

Sudah saatnya bagi Italia untuk berbenah. Kalau perlu, regenerasi total di skuat timnas. Sudah saatnya pemain-pemain senior macam Buffon, Daniele De Rossi, Andrea Barzagli, dan Giorgio Chillini dipinggirkan. Beri kesempatan penuh pada pemain-pemain muda.

Jika melihat skuat timnas Italia dalam setahun terakhir, ada banyak yang menjanjikan. Mereka layak untuk diberikan kepercayaan. Tengok saja.

Pada posisi kiper,ada Matia Perin (Genoa) dan Gianluigi Donnarumma (AC Milan). Keduanya layak untuk menggantikan Gigi Buffon. Belum lagi masih ada goalkeeper sekelas Alex Meret (SPAL) dan Simone Scuffet (Udinese)

Di lini belakang, ada Daniele Rugani (Juventus), Andrea Conti (AC Milan), Alessio Romagnoli (AC Milan), Mattia Caldera (Atalanta), Mattia De Sciglio (Juventus), Davide Zappacosta (Chelsea),Leonadro Spinazolla (Atalanta).

Pada deretan gelandang ada Marco Veratti (PSG), Federico Bernasdeschi (Juventus), Stephan El Shaarawy (AS Roma), Bran Cristante (Atalanta), Lorenzo Pellegrini (AS Roma), Simone Verdi (25), dan Roberto Gagliardini (Inter Milan).

Sementara di deretan attacante, Italia punya bomber muda potensial sekelas Andrea Belotti (Torino), Andrea Petagna (Atalanta) dan Manolo Gabbiadini (Southampton).

Memang tak bisa instan. Tak ada jaminan bagi Italia jika menurunkan pemain-pemain muda itu langsung menghadirkan kemenangan. Semua butuh proses untuk dimatangkan. Setidaknya, itu sudah dilakukan Jerman dan ‘perjuadian’ mereka berhasil.

Secara kebetulan, pemain-pemain senior Italia berpendapat sama. Mereka berpikir, untuk membentuk skuat timnas yang bisa bersaing, sudah saatnya pemain veteran pensiun dan pemain muda yang mengambil alih.

“Saya berharap pemain muda diberikan kesempatan dan bisa lebih bari dari kami. Sudah saatnya empat atau lima pemain veteran di tim ini pensiun. Para pemain muda harus memulainya,” ujar Andrea Barzagli, seperti yang dituliskan Football-Italia. “Italia akan memulai lagi dengan pemain-pemain kelahiran 1990-an. Saya percaya kami bisa melakukannya,” tambah Chilellini.

Dari jadwal yang dirilis FIFA, Italia akan melakoni laga persabatan pada awal tahun depan. Tepatnya Maret 2018. Jika tak berubah Italia akan menjalani laga ujicoba kontra Argentina (23/03/2018) dan Inggris (27/03/2018).

Inilah kesempatan yang harus dimaksimalkan Gli Azurri. Kali ini, meladeni tim sekelas Argentina dan Inggris, bukan soal menang dan kalah. Tapi bagaimana tim ini bisa ‘berevolusi’. Ya, berevolusi untuk kembali menjadi tim yang disegani.

No comments for "Tangis Gianluigi Buffon, Sinyal Kuat Bagi Gli Azzurri Untuk ‘Berevolusi’"